Pemakaian Obat pada Penderita Rawat Tinggal dengan Penyakit Saluran Pernapasan Bagian Bawah di Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Penyakit Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan retrospektif terhadap data rekam medis pasien anak yang menderita penyakit saluran pernapasan bagian bawah, yang dirawat di Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Penyakit Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien selama satu tahun, yang meliputi informasi demografi, jenis penyakit, serta pola penggunaan obat. Penelitian ini menitikberatkan pada jenis obat yang digunakan, dosis, durasi terapi, dan respons klinis terhadap pengobatan.

Penggunaan obat dievaluasi berdasarkan standar terapi yang diterapkan dalam tata laksana penyakit pernapasan pada anak, seperti pneumonia dan bronkitis. Analisis dilakukan untuk menilai kepatuhan terhadap protokol pengobatan, serta kemungkinan terjadinya efek samping atau interaksi obat yang dapat mempengaruhi hasil terapi.

Hasil Penelitian Farmasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan, terutama golongan beta-laktam dan makrolida. Penggunaan obat antiretroviral juga ditemukan pada pasien dengan komplikasi penyakit akibat infeksi virus. Selain itu, obat simptomatik seperti bronkodilator dan kortikosteroid digunakan untuk mengatasi gejala penyerta seperti sesak napas dan inflamasi.

Penelitian ini juga menemukan bahwa mayoritas pasien menunjukkan perbaikan klinis setelah 5-7 hari terapi antibiotik, dengan beberapa pasien membutuhkan terapi kombinasi atau perpanjangan durasi pengobatan. Efek samping yang paling umum dilaporkan adalah gangguan gastrointestinal ringan, terutama pada pasien yang menerima terapi antibiotik spektrum luas.

Diskusi

Penggunaan antibiotik yang intensif pada penyakit saluran pernapasan bagian bawah pada anak perlu diperhatikan karena risiko resistensi antibiotik yang dapat muncul akibat pemberian yang tidak tepat. Selain itu, terapi kombinasi antara antibiotik dan obat simptomatik harus mempertimbangkan kemungkinan interaksi obat yang dapat memengaruhi efektivitas atau menambah risiko efek samping.

Dalam praktik klinis, kepatuhan terhadap panduan terapi sangat penting untuk memastikan keberhasilan pengobatan. Namun, beberapa kasus menunjukkan perlunya penyesuaian terapi berdasarkan respons klinis pasien, terutama pada kondisi yang tidak merespons dengan baik terhadap terapi lini pertama.

Implikasi Farmasi

Implikasi farmasi dari penelitian ini menunjukkan pentingnya pemantauan ketat terhadap penggunaan antibiotik pada anak dengan penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Farmasis berperan penting dalam memastikan bahwa pilihan obat, dosis, dan durasi terapi sesuai dengan panduan klinis serta kebutuhan individu pasien, untuk mencegah resistensi antibiotik dan memaksimalkan efektivitas terapi.

Selain itu, farmasis juga dapat berkontribusi dalam meminimalkan risiko efek samping melalui pemantauan interaksi obat dan pengelolaan terapi suportif yang tepat. Hal ini penting dalam memastikan bahwa pasien anak dapat menjalani terapi dengan risiko yang minimal dan hasil yang optimal.

Interaksi Obat

Interaksi obat merupakan salah satu aspek penting dalam penatalaksanaan penyakit saluran pernapasan bagian bawah pada anak. Penggunaan antibiotik bersamaan dengan bronkodilator, kortikosteroid, atau obat antiviral dapat meningkatkan risiko interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik. Sebagai contoh, penggunaan kortikosteroid sistemik bersama antibiotik dapat meningkatkan risiko infeksi sekunder atau gangguan metabolik.

Pemantauan interaksi obat oleh farmasis sangat penting, terutama pada pasien yang menerima terapi kombinasi. Penyesuaian dosis atau pemilihan alternatif terapi mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko interaksi yang merugikan.

Pengaruh Kesehatan

Penggunaan obat yang tepat pada penderita penyakit saluran pernapasan bagian bawah dapat mempercepat pemulihan dan mengurangi risiko komplikasi serius, seperti sepsis atau kegagalan pernapasan. Namun, penggunaan obat yang tidak tepat, seperti pemberian antibiotik pada infeksi virus, dapat memperburuk kondisi pasien dan meningkatkan risiko resistensi.

Di sisi lain, penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat memengaruhi sistem imun dan menyebabkan efek samping jangka panjang, seperti penurunan kepadatan tulang atau gangguan pertumbuhan pada anak. Oleh karena itu, penting untuk menimbang manfaat dan risiko setiap intervensi farmakologis dalam pengobatan penyakit ini.

Kesimpulan

Penelitian ini menekankan pentingnya penggunaan antibiotik dan terapi suportif yang tepat dalam pengobatan penyakit saluran pernapasan bagian bawah pada anak. Kepatuhan terhadap pedoman klinis dan pemantauan terapi sangat penting untuk memastikan efektivitas pengobatan serta meminimalkan risiko efek samping dan resistensi antibiotik.

Peran farmasis dalam pengelolaan terapi sangat signifikan, terutama dalam hal pemantauan interaksi obat dan pemberian edukasi kepada tim medis serta pasien. Pendekatan multidisiplin dalam pengobatan dapat meningkatkan hasil klinis secara keseluruhan.

Rekomendasi

Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlunya pemantauan berkelanjutan terhadap penggunaan antibiotik pada pasien anak, terutama dalam mengantisipasi munculnya resistensi. Diperlukan edukasi yang lebih intensif mengenai penggunaan antibiotik secara rasional kepada tim medis, pasien, dan keluarganya.

Selain itu, farmasis harus lebih terlibat dalam proses pengobatan untuk memantau interaksi obat dan memberikan rekomendasi yang sesuai berdasarkan profil pasien. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas terapi jangka panjang pada penyakit saluran pernapasan bagian bawah, serta mengidentifikasi terapi alternatif yang lebih aman bagi pasien anak

Tulisan ini dipublikasikan di News. Tandai permalink.